Let’s be better

Hilang Satu dapat Sepuluh

  Selalu ada jalan bagi yang percaya kepada-Nya dan selalu ada indah dalam setiap cerita bersama-Nya. Kalimat terserbut merupakan kalimat yang sangat berarti bagiku. Ketika manusia berada di batas kemampuan, kalimat tersebut dapat menepiskan segala hal. Kau tak perlu memusingkan bagaimana bisa seseorang melakukan dan mendapatkan hal yang di luar logika manusia, yang kau perlukan hanyalah percaya. Saya ulangi lagi, “percayalah saja”.
              Dalam firman-Nya pada ayat terakhir kedua di Surah Yaasin Allah menunjukkan apa yang dia kehendaki maka terjadilah begitu saja “Kun Fayakkun”. Segala urusanmu akan dibantu oleh Allah apabila kau mempercayakan kepada-Nya, tapi jangan lupa dengan usaha maksimalmu. Jangan sampai kita berkecil hati atas segala sesuatu permasalahan yang ada, sungguh Allah bisa menyelesaikan segala masalah kita, jangan sampai pernah meremehkan-Nya.
               Pernah pada suatu saat aku merasa dilanda kesempitan dalam hal uang. Waktu itu bertepatan dengan Ramadhan, aku ingin membayar nadzarku yang berupa memberi hidangan buka puasa bagi beberapa temanku. Nadzar ini aku buat setahun silam tepatnya pada tahun 2012, aku bernadzar apabila diijinkan mendapatkan beasiswa dalam kuliahku di sebuah universitas negeri maka aku akan memberi hidangan berbuka puasa bagi beberapa temanku.
             Saat itu uang yang aku pegang hanya sekitar seperempat dari estimasi pengeluaran yang aku perkirakan untuk membayar nadzarku. Itupun setengahnya dalam bentuk recehan yang aku kumpulakan dari sana sini. Tak mau melewatkan Ramadhan ini untuk membayar nadzar tersebut, aku mempunyai tekad yang kuat. Karena tahun kemarin ternyata pengumuman lolos beasiswa tersebut setelah Ramadhan, yang sebenarnya aku perkirakan pada Ramadhan tersebut. Aku tidak mau menunggu lagi hingga Ramadhan berikutnya, aku tidak mau berlama-lama berhutang kepada Allah.
Sebenarnya aku bisa saja pinjam atau meminta uang kepada orang rumah. Namun aku punya tekad untuk menyelesaikannya sendiri dengan menyerahkan segala urusanku kepada Allah, tidak membebani orang lain. Walaupun jika ujung-ujungnya aku tidak bisa mendapatkan uang itu, aku berencana akan meminjam orang tuaku. Namun itu hanya rencana cadangan untuk membayar kewajiban nadzarku tersebut.
            Uang yang aku pegang kukumpulkan semua, receh-receh yang dengan serampangan aku taruh di tas kini sangat berharga nilainya. Koin demi koin menyimpan penuh harap. Hampir seplastik kecil penuh recehan yang ada, dengan beberapa lembar uang kertas. Total masih jauh dari apa yang aku butuhkan. Lalu aku niat untuk mensedekahkan semua uang yang aku pegang tersebut. Aku tak peduli aku bertambah jauh dari apa yang aku harapkan. Dari yang seperempat kini aku hanya memiliki nol. Namun aku selalu memiliki Allah.
            Sungguh Allah berfirman akan membalas orang yang bersedekah dengan balasan 10 kali lipat. Aku percaya itu sepenuhnya. Aku pernah membaca sebuah cerita bahwa sayyidina Ali Bin Abi Thalib pernah mensedekahkan makanannya padahal yang ia miliki hanya makanan tersebut untuk dirinya dan keluarganya. Namun Allah langsung membalas kebaikan Sayyidina Ali dengan 10 balasan yang setimpal dengan pemberiannya.
          Aku mensedekahkan uang tersebut kepada tetangga di sekitar rumahku yang membutuhkan. Aku titipkan uang tersebut kepada ibuku. Sebelum aku menitipkan kepada ibuku, telepon genggamku bergetar, ada telepon masuk dari teman STM ku. Namanya Samsudin, biasa dipanggil Sam. Dia teman karibku di STM hingga kini. Dia salah seorang temanku yang banyak menemani mengarungi dan menyelami hidup penuh makna di STM. Kini Ia bekerja di sebuah perusahaan besar di Sumatra.
            “Halo Assalammu’alaikum,” aku menyapa Sam dengan hangat seperti biasanya layakya dua orang sahabat yang saling harap bertemu setelah sekian lama tidak bertemu.
              “Wa’alaikumsalam lan,”  Sam membalas salamku.
         “Piye Sam, ono opo?” bagaimana Sam ada apa aku membuka pembicaraan dengan logat jawaku.
            “Orak opo opo bro, oh iyo kowe gelem tak kei duit 100 ewu dinggo buka puasa rak lan?”  tidak apa-apa, oh iya kamu mau aku kasih uang 100rb ndak lan untuk buka puasa? seperti disambar petir, aku ternganga oleh pertanyaan retoris tersebut. Sam langsung to the point ke maksud dia menelepon aku.
              “Ha tenan kui Sam?” beneran itu Sam? aku masih keheranan.   
            “Kenopo lan, kurang? Yowes 150 ewu wes piye?” kenapa lan, kurang? Bagaimana kalau 150 ribu? Sam menambah pertanyaan retoris yang sudah terlihat jelas apa jawabanku.
            “Buka ne karo konco-koncomu to lan, mengko neg sisa dinggo kowe,” bukanya sama teman-temanmu lan, nanti kalau ada sisa buat kamu aja, dia menjawab beberapa pertanyaan yang aku ajukan.
            Tanpa pikir panjang aku mengiyakan tawaran teman baikku tersebut, Alhamdulillah Segala puji bagi Allah. Lalu aku menelisik penuh tanya ada apa gerangan ia tiba-tiba memberiku uang untuk buka puasa. Ternyata dia ada suatu hal yang hmm entah aku mau tulis lagi atau tidak masalah ini, karena perlu pembahasan yang lebih untuk yang satu ini, hal yang sering kubicarakan dengannya waktu STM, antara Allah dan hamba-Nya.
             MahaSuci Allah dengan segala kebesaran-Nya, lagi-lagi Allah menunjukkan kebesaran-Nya kepadaku. Bagaimana aku bisa beralih dari Allah, Dia selalu menampakkan kekuasaan-Nya yang tiada batas. Sungguh aku selalu padamu Yaa Allah. Padahal tadi itu masih niat untuk sedekah, belum aku serahkan uangnya. Bagaimana nanti kalau aku sudah sedekahkan beneran, wallahu a’lam Allah selalu indah dan romantis.
           Aku tersenyum-senyum sendiri melihat kebesaran Allah ini, sungguh janji-janji Allah itu benar adanya. Lantas aku segera menyerahkan uang yang aku pegang kepada ibuku agar segera diberikan kepada tetanggaku yang membutuhkan.
              Allah selalu ada di saat aku membutuhkan-Nya, aku berharap selalu dapat mencintai-Nya dan selalu di dekat-Nya. Dari uang yang sebelumnya kurang, lalu aku niat untuk mensedekahkan uang tersebut, lalu uang itu kini lebih dari cukup untuk membayar nadzarku. Lantas aku mengontak teman-temanku yang aku telah nadzari ditambah temanku yang lain karena uang itu kini lebih dari cukup.

-Hasbunallah wa ni’mal wakil. Cukup Allah dan Dialah sebaik-baik pelindung. Trus me it works-

24 januari 2014, di Jum’at pagi yang indah :)










0 komentar:

Posting Komentar